Tuesday, October 25, 2016

Pengalaman menjadi Nasabah Bank BNI, BCA, dan Commonwealth

Disini saya mau berbagi pengalaman sebagai nasabah dari 3 bank di Indonesia. Yaitu BNI, BCA, Commonwealth bank, siapa tahu berguna. 

Ini 100% real pengalaman saya selama bertahun-tahun menjadi nasabah mereka. Tidak ada maksud mejelek-jelekkan ataupun promosi. Dengan harapan dapat membantu jikalau ada teman-teman yang sedang ingin membuka rekening dan semoga dapat menjadi kritik dan masukan untuk bank-bank tersebut.


1. BNI
Ini bank pertama yang saya punya, dibuat waktu jaman kuliah dulu pada tahun 2010. 
Jujur saya membuka rekening BNI karena terpaksa sebenarnya karena tempat saya kuliah memiliki afiliasi dengan BNI untuk membayar segala jenis uang perkuliahan. Padahal saya belum membutuhkan rekening bank pada saat itu dan anggota keluarga saya tidak ada yang punya BNI.

- Tidak lama setelah saya memiliki rekening BNI, saya mendapat telepon dari agen asuransi Sunlife. Dia menawarkan saya menjadi nasabah asuransi mereka. Jika saya setuju tiap bulan dana di rekening saya terpotong otomatis untuk pembayaran premi.
Saya menduga sepertinya data-data nasabah BNI dijual kepada agen-agen asuransi. Kalau tidak, darimana mereka tahu saya adalah nasabah BNI dan tahu nomer handphone saya. 
Beruntung hal ini terjadi sekali saja itupun dulu, semoga sekarang tidak lagi. Dan saya juga sudah ganti nomer handphone.

- Sejak lulus kuliah rekening BNI saya kurang terpakai. Karena jarang orang yang punya rekening BNI, kebanyakan BCA. Jadilah rekening BNI hanya menjadi saving account saja.

- BNI memiliki online security system yang ketat. Dan kadang buat saya itu menjadi hal sangat menjengkelkan. Misalnya tiap kurun waktu tertentu (setahun kalau tidak salah) kita diwajibkan mengganti password ebanking. Jadi resiko lupa password besar sekali, apalagi buat saya yang jarang-jarang aja membuka ebanking BNI. 
Pernah beberapa kali saya tidak bisa login karena pada login sebelumnya saya lupa log out. Plis deh! 
Tapi mungkin ini akan berguna untuk teman-teman yang menghendaki sistem online banking yang benar-benar aman.

- Sebaliknya saya merasa tidak aman dengan membawa debit card BNI dalam dompet saya. Karena kalau kita berbelanja dengan menggunakan debit BNI, itu memakai sistem tanda tangan, bukan password. Jadi di kasir kita tinggal gesek aja terus tandatangan di kertasnya, si kasir mana tahu juga itu tandatangan kita apa bukan, apakah saya pemilik sah kartu tersebut.
Pernah suatu kali saya apes kecopetan di dalam angkot, beruntung saya cepat sadar dompet saya beserta ktp dan debit card BNI yang ada di dalamnya sudah raib dari tas, buru-buru saya turun dari angkot, yang beruntung juga di dekat situ ada kantor cabang BNI. Langsung saya lari kesana untuk memblokir kartu debit saya secepatnya. Dan dalam kondisi mendesak seperti itu saya masih diharuskan antri, padahal saya sudah menjelaskan situasinya. Alhamdulillah selesai diblokir saya cek mutasi, dana saya masih utuh. Jika telat sedikit saja mungkin dana dalam rekening BNI saya sudah ludes dibelanjakan si pencopet. Dan setelah itu saya gak pernah lagi membawa debit BNI berpergian. Saya simpan saja di lemari. 
Namun baru-baru ini saya mencoba berbelanja dengan Debit Card BNI, sekarang sudah PIN. Alhamdu?

- BNI tidak memiliki afiliasi dengan BCA. BNI termasuk ke dalam jaringan ATM bersama, sedangkan BCA termasuk dalam jaringan ATM prima. 
Jadi kalau mau transfer dari BNI ke BCA atau sebaliknya itu mahal banget biaya administrasinya, 25000 kalau tidak salah. Padahal BCA itu rekening sejuta umat. Yang mana mungkin banget kan kita akan bertransaksi dengan orang-orang yang memiliki rekening BCA.

- Lalu, ini pengalaman yang paling mengesalkan dengan BNI, beberapa bulan yang lalu saya datang ke kantor cabang BNI setelah mencari-cari waktu di tengah kesibukan. Untuk mengaktifkan fitur ebanking BNI saya, agar dapat melakukan transaksi finansial (transfer, pembayaran tagihan-tagihan, dll secara online banking). 
Setelah antri 1 jam, dan mengisi lembar administrasi pendaftaran juga pembayaran pembelian token sebesar 10.000 rupiah. Kemudian di akhir saat saya mau cabut, saya tanya ke customer service BNI yang melayani saya, "Mba ini sudah langsung aktif kan transaksi ebanking nya?" Dia bilang iya sudah langsung aktif.
Lalu saya pulang naik motor menembus hujan deras.
Sampai di rumah, malam harinya saya buka akun ebanking saya. Dan ZONK! Saya belum bisa melakukan transaksi apapun. Tab opsi "transaksi" belum ada. Pada saat itu saya masih positive thinking, lalu saya tunggu sampai esok harinya, dan esok harinya lagi, sampai hari ini pun transaksi ebanking saya belum aktif! 
Padahal sudah dibela-belain banget dateng ke kantor cabang, antri 1 jam, dan pulang menembus hujan. Saya juga sempet telepon ke BNI call center untuk menanyakan hal ini (makan pulsa juga tuh ya), dan katanya ini karena nomer KTP dan nomer telepon saya berbeda. Lho kenapa pada saat registrasi tidak sekalian diganti, padahal waktu registrasi saya sudah menunjukan ktp asli saya, nomer ktpnya memang sudah berubah karena pergantian e-ktp. Dan saya sudah info juga pada saat registrasi saya ganti nomer hp. 
Setelah selang 6 tahun, dari tahun 2010-2016 kebanyakan orang juga udah pada ganti nomer hp keleus! 
Jadi solusi terakhir saya harus balik lagi ke kantor cabang.
Hah big no! Satu-satunya hal yg ingin saya lakukan ketika saya bisa datang ke kantor cabang BNI (lagi) adalah untuk menutup rekening saya.


2. BCA 
BCA adalah rekening bank kedua yang saya buat setelah BNI. Saya buat pada tahun 2013 dengan alasan mendesak, karena pada saat itu saya memiliki usaha online yang mana customer saya kebanyakan (dan pastinya) minta rekening BCA untuk transfer.

- BCA terkenal dengan plesetan "Bank Capek Antri". Bagaimana tidak, secara ini bank sejuta umat. Kalau kepepet bener-bener harus datang ke kantor cabang, bener-bener harus sabar antri, minimal sediakan waktu 2 jam lah untuk antri. Tapi syukurnya, layanan BCA banyak yang dapat dilakukan melalui online. Terhitung hanya 2x saja saya harus datang ke kantor cabang, pertama saat membuka rekening dan kedua waktu mau apply kartu kredit.
Mesin ATM BCA juga termasuk yang paling panjang antriannya ketimbang mesin ATM lain, coba aja lihat aja di mall-mall. Selain masalah antrian tersebut, saya mengaku puas-puas aja dengan servis layanan BCA.

- BCA bisa dibilang bank paling inovatif di Indonesia. Maka dari itu tanpa sadar, rekening BCA menjadi rekening utama saya. Karena pada waktu membuat rekening BCA hanya dimaksudkan untuk menerima transfer dari customer saya. Tapi lama-lama segala aktivitas finansial seperti membayar semua tagihan-tagihan bulanan, pembayaran cicilan mobil, kegiatan transfer dana online, jual beli online, transaksi debit card, flazz card untuk naik busway & kereta dll saya lakukan menggunakan BCA saya karena memang BCA itu menawarkan banyak metode pembayaran dan produk-produk perbankan untuk memudahkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu nasabahnya yang begibun.

- Saya merasa aman membawa debit card BCA saya kemanapun karena tidak menggunakan sistem tandatangan tapi pakai password. Jadi walaupun misalnya debit card BCA saya ini kecopetan, saya masih bisa santai dan ga kelimpungan lari-lari ke kantor cabang untuk memblokir. Toh si pencuri gak tahu ini passwordnya apa. Dan sekarang pemegang kartu kredit BCA juga bisa mengganti dari sistem tandatangan menjadi password. 

- Waktu membuat kartu kredit BCA juga prosesnya lumayan mudah dan cepat. Sejujurnya saya bukan tipe orang yang shopaholic yang gampang kemakan promo-promo belanja. Saya bikin kartu kredit untuk membuat akun paypal dan sewaktu-waktu untuk membeli tiket pesawat promo. Untuk pembayaran maskapai internasional tidak ada metode lain selain dengan kartu kredit.
Kedepannya mungkin saya akan coba membeli tiket pesawat yang harganya melebihi limit kartu kredit  saya, pengalamannya akan saya update lagi disini nanti.

- Biaya administrasi bulanan BCA lebih mahal dari kebanyakan bank lain, yaitu 15000 rupiah perbulan. Begitu juga dengan berbelanja dengan kartu kredit BCA, ada biaya materai sekitar 3000 rupiah yang dibebankan ke basabah tiap tagihannya datang perbulan. Dan saya baru tahu belakangan kalau ada beberapa bank yang tidak membebankan biaya materai ke nasabahnya (ditanggung pihak bank).

- Layanan ebanking BCA juga so far so good lah. Saya ga pernah mengalami masalah yang berarti. Tampilan interface  aplikasi dan websitenya user friendly, tidak perlu gonta ganti password, transfer-transfer dan membayar tagihan lancar-lancar aja. Dan walaupun misalnya lupa log out juga ga masalah kok. Saya masih bisa login dengan lancar setelah itu.


3. Commonwealth Bank.
Bank asal Australia ini merupakan bank ketiga yang saya buat tujuan utama untuk membuka rekening adalah menjadikannya sebagai investment account saja. 

- Karena tergolong bank baru jadi wajar kalau nasabahnya masih sedikit, dan jumlah kantor cabang dan mesin ATM nya masih belum banyak tersebar dan baru ada di kota-kota besar saja. Tapi ga masalah lah, memang tujuannya cuma untuk rekening investasi aja, bukan untuk belanja-belanja.

- Karena nasabahnya yang masih sedikit inilah, saya ke kantor cabang commbank untuk buka rekening aja diperlakukan bak raja hahaha. Tidak perlu antri sama sekali, bank officers nya juga ramah-ramah banget, dan disana juga ada prasmanan makanan kue-kue kecil yang bisa kita ambil semaunya. Ga tau sih sekarang kaya gimana, semoga masih tetap sama.

- Seperti yang sudah dibilang di atas. Bahwa saya membuka rekening Commbank adalah untuk keperluan investasi, dalam bentuk reksa dana. Jadi keunggulan commbank ini adalah satu-satunya bank (cmiiw) di indonesia dimana kita bisa membeli dan menjual reksa dana secara online. Tinggal klak klik aja gitu. Sedangkan di bank lain kita harus bolak balik ke kantor cabang tiap mau membeli reksadana. Kita cukup datang ke kantor cabang pada saat membuka rekening Commbank dan membuka rekening reksadana yang kita pilih. Di Commbank ada banyak banget pilihan perusahaan sekuritas reksadana yang bisa kita pilih. Makanya bank ini disebut sebagai supermarket reksadana. Saya sendiri sudah merasakan manfaat dengan memiliki reksadana. Hasilnya lumayan banget ketimbang nabung doang. Nih yang mau memulai reksadana saya jelaskan disini bagaimana cara memulainya: Cara Memulai Reksadana Saham

Segitu dulu deh, sekali lagi saya membuat tulisan ini hanya untuk berbagi, bukan untuk promosi dan menjelek-jelekan. Dan sebaiknya tidak dijadikan acuan, karena pengalaman orang pasti beda-beda. Ada yang punya pengalaman positif atau negatif dengan bank? Cerita dong di kolom komen, karena pasti banyak yang terbantu dengan sharing nya.

1 comment:

  1. Bagus mas ceritanya. Tiap orang memang punya cerita sendiri-sendiri. Makanya kalo ditanya mana bank yang paling bagus ya saya bingung. Harus ngerasain sendiri biar bisa menentukan mana bank yang paling cocok untuk kita.

    ReplyDelete